Materi Keluarga Berencana Terbaru!

Materi Keluarga Berencana



A. Keluarga Berencana (KB)
1. Definisi KB
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) mengindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur interval diantara kelahira
n, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2004).
3. Manfaat KB
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui program KB. Keluarga Berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:
a.      Kehamilan terlalu dini.
Wanita yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagi pula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.
b.      Kehamilan terlalu terlambat
Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu mempunyai problem kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.
c.      Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakkan jaraknya
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh wanita. Kalau ibu belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian menghadang.
d.      Terlalu sering hamil dan melahirkan
Wanita yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan bila ibu terus saja hamil dan bersalin lagi (Prawirohardjo, 2009).

4. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a.      Keluarga berencana
b.      Kesehatan reproduksi remaja
c.      Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d.      Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e.      Keserasian kebijakan kependudukan
f.        Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g.      Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

B. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
a.      Macam- macam Kontrasepsi
Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain:
1)     Metode kontrasepsi sederhana
1)     Metode kalender
Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan siklus menstruasi dengan durasi minimal enam dan dianjurkan dua belas siklus. Untuk menjamin efektivitas maksimum, metode kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya (Glaiser, 2006).
2)        Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi (Saifuddin, 2006).
3)        Metode suhu tubuh
Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Glaiser, 2006).
4)        Senggama terputus (koitus interuptus)
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap pelaksanaannya (angka kegagalan 4– 18 kehamilan per 100 wanita) (Saifuddin, 2006).

2.      Metode Barrier
1)      Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.
2)      Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
3)      Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk krim (Saifuddin, 2006).
3.      Metode Kontrasepsi Modern
1)      Kontrasepsi pil
                               Kontrasepsi pil merupakan kontrasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau disebut pil kombinasi dan yang mengandung estrogen dan progesteron, kemudian pil progestin yang yang disebut minipil yang mengandung hormon progesteron. (Rabe, 2003).
2)      Kontrasepsi Implant
            Kontrasepsi implant adalah kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron levonorgestrel yang ditanamkan di bawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma. (Manuaba, 1998)
3)      Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
                                 Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alatkontrasepsi yang diamsukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006)
4)      Kontrasepsi Mantap
            Kontrasepsi mantap adalah suatu cara permanen baik pada pria dan wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur (wanita) , atau menutup saluran mani laki-laki (Siswosudarmo, 2007).
5)      Kontrasepsi Suntikan
            Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo, 2007).
3.    Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2004), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a.      Aman atau tidak berbahaya
b.     Dapat diandalkan
c.      Sederhana
d.     Murah
e.      Dapat diterima oleh orang banyak
f.       Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2004), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu:
a.      Faktor pasangan
1)   Umur
2)   Gaya hidup
3)   Frekuensi senggama
4)   Jumlah keluarga yang diinginkan
5)   Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6)   Sikap kewanitaan
7)   Sikap kepriaan.
4.     Faktor kesehatan
a.    Status kesehatan
b.    Riwayat haid
c.    Riwayat keluarga
d.    Pemeriksaan fisik
e.    Pemeriksaan panggul.

3.  Faktor-faktor dalam Memilih dan Menggunakan Alat Kontrasepsi
Seperti kita ketahui sampai saat ini belum tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukkan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau supermarket, yang artinya calon klien memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya.
Menurut Hartarto (2004), faktor-faktor yang memengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi adalah :
1. Faktor pasangan, yang dapat mempengaruhi motivasi dalam memilih metode kontrasepsi, yaitu meliputi : umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang diinginkan, pengalaman dengan alat kontrasepsi yang lalu, sikap dari individu sendiri dan sikap dari pasangan (suami).
2. Faktor kesehatan, yang dapat mempengaruhi keadaan kontraindikasi absolute atau relative, yaitu meliputi : status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul.
3. Faktor metode kontrasepsi, yang berhubungan dengan tingkat penerimaan dan pemakaian yang berkesinambungan, yaitu meliputi: efektivitas, efek samping , kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial dan besarnya biaya.
Keikutsertaan seorang akseptor dalam keluarga berencana juga tidak terlepas dari perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yaitu respon dan stimulus atau rangsangan. Respon atau reaksi manusia baik bersifat positif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktek), sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari empat unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan , makanan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
5.                  Teori Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan, apabila dilihat dari segi biologis. Secara lebih jelas perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat Skinner, seorang ahli psikologi mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespon, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R”, atau stimulus Organisme Respons.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaiatan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
  1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu :
1)  Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Maksudnya adalah bahwa kesehatan ini sangat dinamis dan relative, sehinga orang yang sehat juga perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
 3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memeliharan serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman.
B.  Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem/Fasilitas Pelayanan atau Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)
Perilaku ini adalah mengenai upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
C.      Perilaku Kesehatan Lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak menganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana pengelolaan pembuangan limbah, pengelolaan sampah dan sebagainya.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial. akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebaginya (Notoatmodjo, 2007).

Daftar Pustaka
Hartanto, H., 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. 2009. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Nugroho, T, dkk. (2014). Buku Ajar Askeb1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Siswosudarmo, HR, dkk. 2007. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta.


Notoatmodjo, 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Load disqus comments

0 Comments