TUGAS
TERSTRUKTUR
MATA
KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
“PENYAKIT
KOLERA”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kolera adalah penyakit infeksi usus yang dapat menyebabkan diare yang berat. Nama kolera berasal dari bakteri penyebab penyakit ini, yaitu Vibrio cholerae. Penyakit kolera jika tidak mendapat penanganan segera dapat menyebabkan kematian. Persebaran penyakit kolera di dunia pada tahun 2017 adalah tahun yang bersejarah untuk kolera, karena setelah penemuan pertama pada penyakit kolera pada tahun 1817 kini kembali mengalami peningkatan yang signifikan. Kolera menyebabkan kematian sebanyak 2261 orang di Yaman, 1190 orang di kongo, dan 1007 di Somalia, serta di negara Afrika yang lain (WHO,2018).
Data tersebut diatas menunjukan angak
penderita penyakit kolera di seluruh
dunia dan angka kematian yang
disebabkan oleh kolera, dengan kasus kolera terbanyak ada di negara-negara di
Afrika, seperti
Somalia, Kongo,
dan Nigeria.
Untuk negara di kawasan Asia sendiri
tidak ada laporan terjadinya kasus kolera (WHO,2018).
Untuk kondisi
di Indonesia sendiri menurut Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan RI
melalui Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL)
menginformasikan telah terjadi KLB kolera sejak awal April hingga awal Agustus
2008 di Kabupaten Paniai dan Kabupaten Nabire Provinsi Papua dan telah menelan korban
105 penderita meninggal. Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI3 melaporkan kondisi masyarakat daerah
pedalaman Papua yang masih jauh dari hidup sehat serta kebiasaan berperilaku tidak
sehat seperti minum air mentah, tidak mencuci tangan sebelum makan, jarang
mandi dan berganti pakaian, biasa buang air besar tidak pada tempatnya seperti
di kebun atau sungai serta terbiasa mencium dan menyentuh penderita yang meninggal
akibatnya penyakit kolera sangat cepat menular, menyebar, dan mewabah ke daerah-daerah
sekitarnya hingga akhirnya menimbulkan KLB kolera, dan sampai saat ini belum
ada lagi laporan mengenai kasus kolera di Indonesia (Puspandari dkk, 2010).
B.
Tujuan
1. Mengetahui
persebaran dan angka kejadian Kolera di dunia dan Indonesia
2. Mengetahui dan
memahami pengertian Kolera
3. Mengetahui dan
memahami model penularan Kolera
4. Mengetahui dan
memahami gejala dan tanda Kolera
5. Mengetahui dan
memahami riwayat alamiah penyakit Kolera
6. Mengetahui dan
memahami diagnosis Kolera
7. Mengetahui dan memahami upaya-upaya pencegahan dan
pengobatan kolera
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kolera adalah suatu
infeksi usus kecil karena bakteri Vibrio
cholerae. Bakteri kolera menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus
melepaskan sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan mineral.
Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita kekurangan asam
lambung cenderung menderita penyakit ini. Kolera menyebar melalui air yang
diminum, makanan laut atau makanan lainnya yang tercemar oleh kotoran orang
yang terinfeksi. Kolera ditemukan di Asia, Timur tengah, Afrika, dan Amerika
Latin. Di daerah-daerah tersebut, wabah biasanya terjadi selama musim panas dan
banyak menyerang anak-anak. Di daerah lain, wabah bisa terjadi pada musim
apapun dan semua usia bisa terkena.
(Irianto,2014).
Menurut WHO, kejadian kolera harus diduga jika terdapat keadaan-keadaan
berikut:
1. Disuatu daerah yang sebelumnya tidak ada penyakit ini lalu ada seorang
penderita berumur 5 tahun atau lebih mengalami dehidrasi berat akibat diare
akut.
2. Disuatu daerah yang pernah epidemi kolera, seorang penderita berumur 5
tahun mengalami diare cair dengan atau tanpa muntah (Ekawati, 2018).
Agen penyebab penyakit ini pada
awalnya dijelaskan oleh Filippo Pacini pada tahun 1854, dan kemudian dianalisis
lebih lanjut oleh Robert Koch pada tahun 1884. Diperkirakan bahwa setiap tahun
ada 1,3 juta hingga 4 juta kasus kolera, dan 21.000 hingga 143.000 kematian di
seluruh dunia dari penyakit (Awofeso dkk,2018).
B.
Model Penularan
Seseorang bisa terkena
kolera karena minum air atau makan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri
kolera. Ketika terjadi wabah kolera biasanya sumber kontaminasi dari kotoran
(feses) orang yang terinfeksi kolera yang lalu kotoran tersebut mencemari air
yang digunakan untuk makanan. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di
daerah yang tidak punya sistem pengolahan limbah dan air minum yang memadai.
Orang tidak akan terkena kolera jika hanya bersentuhan. (Irianto,2014).
Terdapat dua sumber kolera yaitu manusia dan air. Infeksi primer yang
terjadi pada manusia secara tidak sengaja. Sumber utama Vibrio cholerae adalah manusia dengan lingkungan yang sesuai bagi
kehidupan bakteri, yaitu air payau yang akibat pemanasan global makin banyak
dijumpai. Penularan sekunder terjadi secara fekal-oral melalui kontak orang ke
orang atau melalui pencemaran air dan makanan. Penularan sekunder umumnya
terjadi di lingkungan keluarga, tetapi dapat juga terjadi di lingkungan klinik
dan rumah sakit tempat dirawat (Ekawati, 2018).
C.
Gejala
Gejala dimulai dalam
1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare ringan tanpa komplikasi sampai
diare berat yang bisa berakibat fatal. Beberapa orang yang terinfeksi, tidak
menunjukan gejala. Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air
yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah. Pada kasus
yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam.
Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa
haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan produksi air kemih.
Banyak cairan yang
hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung dan kulit jari-jari tangan
menjadi keriput. Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan
peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok, dan koma.
Gejala biasanya menghilang dalam 3-6 hari. Kebanyakan penderita akan terbebas
dari organisme ini dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara penderita
menjadi pembawa dari bakteri ini.
(Irianto,2014).
Selain itu, tanda dan gejala yang terlihat antara lain mual, muntah, sakit
perut seperti kram, dan diare yang terjadi secara tiba-tiba. Tanpa pengobatan
yang cepat, dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi ditandai dengan bibir dan
kulit kering, mata terdapat lingkaran hitam, dan frekuensi serta volume kencing
menurun (Ayustawati,2013).
D. Perjalanan
Penyakit Kolera/RAP
Riwayat alamiah
penyakit (natural history of diseases) merupakan proses perkembangan suatu
penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan
terencana. Dibagi menjadi beberapa tahap (Irianto, 2014) :
1.
Tahap pre patogenesis (stage of
susceptibility)
Tahapan dimana terjadi
interaksi antara host, agent dan lingkungan. Interaksi di luar tubuh manusia.
Pada tahap ini penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat,
walaupun sudah terancam akibat interaksi tersebut. Pada tahap ini kondisi masih
sehat.
2.
Tahap inkubasi (stage of presymptomatic
diseases)
Tahapan dimana bibit
penyakit sudah masuk kedalam tubuh host, namun gejala penyakit belum nampak.
Pada tahap ini, infeksi V. cholerae terjadi karena masuknya kuman ini ke dalam
saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau tercemar
oleh V. cholerae. Tergantung dari
jumlah inokulun dan kerentanan dari individu yang bersangkutan, masa inkubasi
infeksi V. cholerae umumnya antara 12 sampai 72 jam (Lesmana,
2006).
3.
Tahap penyakit dini (stage of clinical
diseases)
Pada tahap ini, V. cholerae yang melewati lambung dan
bertahan hidup dari pengaruh asam lambung, kuman-kuman akan mencapai bagian
proksimal usus halus di mana terjadi interaksi antara bakteri dan pejamu.
Seperti pada semua kuman-kuman penyebab diare, V. cholerae juga harus mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri
pada mukosa usus (Lesmana, 2006).
Selanjutnya kuman
berkembang biak sambil memproduksi toksin (cholera
toxin). Cholera toxin (tidak
tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang epitel usus, meningkatkan
aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
cyclic adenosine 3,5-monophosate (cAMP) intraseluler. cAMP ini menyebabkan
sekresi cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare yang hebat
yang sifatnya isotonik (Lesmana, 2006).
4.
Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit makin bertambah
hebat, penderita tidak dapat melakukan pekerjaan dan jika berobat umumnya telah
memerlukan perawatan.
5.
Tahap akhir penyakit
Pada tahap ini, perjalanan penyakit akan
berhenti dengan beberapa keadaan yaitu :
a. Sembuh sempurna : kondisi host baik bentuk dan
fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit.
b. Meninggal dunia : terbentuknya perjalanan
penyakit dan pejamu meninggal dunia. Tahapan ini merupakan keadaan yang tidak
diharapkan.
E.
Diagnosis
Diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis,
dilakukan pemeriksaan terhadap apusan rektum atau contoh tinja segar untuk
mencari bakteri kolera.
F.
Pengobatan
Hal terpenting adalah
mengganti kehilangan cairan, garam dan mineral dari tubuh (terapi cairan dan
elektrolit). Pada dehidrasi ringan dan sedang dapat diberikan rehidrasi melalui
oral (oralit). Untuk penderita dengan dehidrasi berat, cairan diberikan dengan intravena
(infus). Di daerah wabah, cairan diberikan melalui selang yang dimasukkan
melalui hidung menuju ke lambung. Bila dehidrasi sudah diatasi, tujuan
pengobatan berikutnya adalah menggantikan jumlah cairan yang hilang karena
diare dan muntah (Medkes, 2014).
Pengobatan antibiotika
merupakan upaya penting di samping terapi cairan. Pemberian antibiotic dpat
mengurangi waktu ekskresi bakteri Vibrio cholera,
memperpendek lama diare, dan mengurangi jumlah cairan intravena maupun oral
dalam rehidrasi penderita. Jenis antibiotik yang efektif untuk kolera adalah tetrasiklin,
dosisiklin, norfloksasin atau antibiotik lainnya dapat membunuh bakteri dan
biasanya akan menghentikan diare dalam 48 jam (Lesmana, 2006).
Lebih dari 50%
penderita kolera berat yang tidak diobati akan meninggal dunia. Kurang dari 1%
penderita yang mendapat penggantian cairan yang adekuat, meninggal dunia
(Lesmana, 2006).
G.
Pencegahan
Dimana
kondisi persediaan air bersih tidak memadai dan sanitasi klingkungan yang
buruk, transmisi dari semua jenis infeksi enterik, termasuk kolera sangat mudah
terjadi. Jika timbul epidemic kolera maka prioritas pertama adalah upaya untuk
menekan angka kematian dengan menyediakan fasiltas rehidrasi dan pendidikan
kesehatan agar penderita segera mencari pertolongan ke pusat pelayanan
kesehatan (Lesmana, 2006).
Pencegahan dapat
dilakukan dengan pemberian vaksin kolera. Vaksin kolera berisi V. Cholerae yang sudah dilemahkan lewat
serotip inaba dan ogawa untuk melawan panas tubuh yang muncul akibat serangan
kolera. Vaksin bisa melindungi sampai 50% selama 3-6 bulan (Kelly,2009).
Vaksin kolera terdiri
dari dua jenis yaitu vaksin yang telah dilemahkan dan vaksin yang dilemahkan.
Sedangkan, vaksin untuk pencegahan kolera ada dua produk yang saat ini beredar
yaitu Dukoral (diproduksi oleh PME Vaksin) yang telah mendapat lisensi dari WHO
untuk 60 negara dan ShanChol (diproduksi oleh Shantha Biotec di India) dan
sedang menunggu tahap prakualifikasi dari WHO (Cahyono, 2010).
Selain pemberian
vaksin, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut untuk mencegah masuknya bakteri
Vibrio cholera ke dalam saluran
pencernaan (Irianto, 2014).
1.
Hanya minum air matang
2.
Menggunakan air bersih untuk memasak,
mencuci piring, sikat gigi, mandi dan mencuci baju.
3.
Berhati-hati dalam mencampur makanan
dengan es batu, jangan menggunakan es batu dari air mentah.
4.
Jangan makan daging mentah atau makanan
laut yang kurang matang seperti kerang.
5.
Cuci dan kupas buah dan sayur saat akan
memakannya
6.
Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
7.
Memiliki fasilitas MCK dengan pembuangan
limbah yang baik agar tidak mengkontaminasi air bersih di sumur.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Penyakit kolera
ditandai dengan diare akut disertai muntah yang menyebabkan dehidrasi pada
penderitanya sehingga beerpontensi meninggal jika tidak mendapatkan perawatan
yang cepat dan tepat. Lingkungankumuh dan sanitasi yang buruk adalah faktor
resiko terjadinya penyakit kolera. Kolera dapat menular melalui makanan atau
minuman yang tercemar bakteri Vibrio
cholerae.
DAFTAR
PUSTAKA
Ayustawati.
2013. Mengenali Keluhan Anda Info
Kesehatan Umum untuk Pasien. Informasi Medika.
Cahyono, J.B. Suharjo dkk. 2010. Vaksinasi:
Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius
Ekawati, Evy
Ratnasari. 2018. Bakteriologi:
Mikroorganisme Penyebab Infeksi. Jogjakarta. Penerbit Deepublish.
Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak
Menular Panduan Klinis.
Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung
Kelly, Heath dkk. 2009. 73 Penyakit
Yang Penting Diketahui: Pengenalan, Pencegahan dan Penyembuhan
Penyakit-penyakit Yang Disebabkan oleh Bakteri dan Virus. Yogyakarta:
PALMALL Yogyakarta.
Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta.
Penerbit Universitas Trisakti
Medkes. 2014. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kolera. (Online) (http://www.medkes.com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatan
kolera.html) diakses
tanggal 28 januari 2015-01-28
Puspandari, Nelly, Kambang Sariadji, Melati Wati. 2010. Identifikasi
Penyebab Kejadian Luar Biasa Kolera di Papua terkait Kontak jenazah dan
Sanitasi. Vol 3 No. 2
WHO. 2018. Weekly epidemiological record. World Health Organization
0 Comments