TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH
EPIDEMIOLOGI MENULAR dan TIDAK MENULAR
“PENYAKIT MALARIA”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Malaria
adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas yakni antara garis
bujur 600 di utara dan 600 di selatan. Yang meliputi
lebih dari 100 negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang
beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk
dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan
mengakibatkan 1,5 s/d 2,7 juta kematiaan, terutama di Afrika Sub-Sahara. Namun
wilayah WHO di Asia
Tenggara, Mediteranian Timur, Pasifik Barat dan Amerika
beresiko (WHO, 2019).
Penyakit
malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di kawasan
Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria bukan hanya
permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah sosial-ekonomi,
seperti kerugian ekonomi, kemiskinan, dan keterbelakangan (Panggabean, 2010).
Di
indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di bagian
indonesia bagian timur. Di daerah transmigrasi dimana terdapat campuran
penduduk yang berasal dari daerah endemis dan tidak endemis malaria. Daerah
dengan kasus malaria klinis tinggi dilaporkan dari Kawasan Timur Indonesia
antara lain Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Sulawesi
Tenggara.
Dalam
menentukan morbiditas malaria pada suatu wilayah ditentukan dengan Annual Parasite Incidence (API). API
merupakan jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk dalam satu tahun. Tren
API secara nasional pada tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Hal ini
menunjukan keberhasilan program pengendalian malaria yang dilakukan baik oleh
pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan mitra terkait.
Jika
dilihat secara provinsi pada tahun 2015, tampak bahwa wilayah timur Indonesia
masih memiliki angka API tertinggi. Sedangkan DKI Jakarta dan Bali memiliki
angka API nol dan sudah masuk dalam kategori provinsi bebas malaria.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi penyakit malaria.
2. Untuk
mengetahui model penularan penyakit malaria.
3. Untuk
mengetahui perjalanan alamiah penyakit malaria
4. Untuk
mengetahui gejala penyakit malaria
5. Untuk
mengetahui diagnosis penyakit malaria
6. Untuk
mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit malaria
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Penyakit Malaria
Penyakit
malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah
satu negara yang memiliki endemisitas tinggi (Oswari, 2003).
Malaria merupakan penyakit yang bersifat akut,
menular maupun infeksi kronik, yang
disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke
dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria juga memiliki nama lain seperti
demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura
dan paludisme (Prabowo, 2004).
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang
termasuk kedalam Plasmodium. Ada
empat Plasmodium yang dapat
menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae, Plasmodium
vivax, dan Plasmodium ovale.
Plasmodium falciparum ditemukan terutama di daerah tropis dengan resiko
kematian yang lebih besar bagi orang dengan kadar imunitas rendah. Species yang
paling berbahaya adalah Plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika karena
malaria ini menimbulkan penyerangan eritrosit dalam jumlah besar dalam waktu
yang singkat, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ
tubuh (Harijanto, 2000).
B.
Model
Penularan Penyakit Malaria
Penularan secara alamiah, melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Pada
waktu Anopheles infektif menghisap
darah manusia, sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke
dalam peredaran darah selama ± 30 menit, Setelah itu masuk ke dalam sel hati
dan menjadi tropozoit hati. Kemudian menjadi Skizon hati yang terdiri dari
10000-30000 merozoit hati. Pada Plasmodium
vivax dan Plasmodium ovale terjadi
masa dormansi atau hipnozoit yang tinggal dalam sel selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun dan akan menimbulkan relaps (kambuh) (Depkes RI, 2006).
Pada
nyamuk Anopheles betina yaitu
menghisap darah yang mengandung gametosit di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan
dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi
ookinet dalam dinding lambung nyamuk ookinet menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sprozoit yang nantinya bersifat infekstif dan siap di tularkan ke manusia (Harijanto, 2000).
Penularan bukan alamiah, dapat dapat
dibagi menurut cara penularannya, ialah :
1. Malaria
bawaaan, disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada
penghalang infeksi dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta
penularan dari ibu ke bayi melalui tali pusar.
2. Penularan
secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi
hanya menghasikan siklus eritrosit karena tidak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati sehingga diobati dengan mudah.
3.
Penularan secara oral,
pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium
gallinasium), burung dara (Plasmodium
relection), dan moyet (Plasmodium
knowlesi).
Pada
umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit
malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis (Rampengan, 2007).
C.
Perjalanan
Alamiah Penyakit Malaria
Penularan
ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif, nyamuk
menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah
penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah
banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit
ditularkan ke orang lain (Prabowo, 2004).
Berdasarkan
riwayat alamiah penyakit malaria dibagi menjadi lima kategori, yaitu :
1. Tahap prepatogenesis: manusia masih dalam
keadaan sehat namun pada saat ini pula manusia telah terpajan dan beresiko
terhadap penyakit malaria yang ada di sekelilingnya. Adapun penyebabnya karena
telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit malaria, bibit penyakit malaria
belum masuk ke manusia, manusia masih dalam keadaan sehat atau belum ada tanda
penyakit malaria, dan belum terdeteksi baik secara klinis maupun laboratorium.
2. Tahap inkubasi: tahap ini bibit penyakit
malaria telah masuk ke manusia, namun gejala belum nampak. Jika daya tahan
pejamu tidak kuat, akan terjadi gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
3. Tahap penyakit dini: tahap ini mulai timbul
gejala penyakit malaria sifatnya masih ringan, dan umumnya masih dapat
beraktivitas.
4. Tahap penyakit lanjut: tahap ini penyakit
malaria makin tambah hebat, penderita tidak dapat beraktivitas sehingga
memerlukan perawatan.
5. Tahap penyakit akut malaria: tahap akhir
perjalanan penyakit ini, manusia berada dalam lima keadaan yaitu sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, karier, kronis, atau meninggal dunia (Rajab,
2009).
D.
Gejala penyakit malaria
Secara umum seseorang yang mengalami penyakit
malaria akan merasakan gejala penyakit seperti demam, pening, lemas, pucat (
karena kurang darah) , myeri otot, chest pain, menggigil, suhu bisa mencapai
40⁰C terutama pada infeksi Plasmodium
falciparum. Pada infeksi P. Falciparum bahkan sering kali mengalami koma,
mual, muntah. Komplikasi yang sering terjadi adalah”spenomegali” pembesaran
limpa, hipoglikemia serta kegagalan ginjal (Achmadi, 2008).
Gejala
khas malaria adalah adanya siklus menggigil, demam dan berkeringat yang terjadi
berulang-ulang. Pengulangan bisa berlangsung tiap hari sekali, dua hari sekali,
maupun tiga hari sekali tergantung jenis malaria yang menginfeksi. Gejala lain
warna kuning pada kulit akibat rusaknya sel darah merah dan sel hati (PUSDATIN,
2014). Siklus demam terjadi seiring
terbentuknya skizogeni eritrositik pada masing-masing spesies Plasmodium. Pada
malaria tertiana, baik maligna maupun benigna, demam berlangsung setiap hari
ke-3 (siklus 48 jam) dan pada malaria malariae, demam terjadi setiap hari ke-4
(siklus 72 jam) (Sorontou,2013).
E.
Diagnosis penyakit malaria
Diagnosis dari keempat jenis parasit
Plasmodium yaitu dilakukan dengan menemukan parasit dalam sediaan darah yang
dipulas dengam Giemsa (Sorontou, 2013).
F.
Pencegahan penyakit malaria
Pengendalian vektor adalah cara utama untuk pencegahan/
mengurangi penularan malaria di tingkat masyarakat. Cara ini dapat mengurangi
penularan malaria dari tingkat yang sangat tinggi untuk menutup ke nol.
Pengendalian vektor yang efektif dalam
berbagai situasi, yakni :
1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
mencegah perkembangbiakan nyamuk dengan melakukan 3 M Plus.
2. Kelambu yang mengandung zat insektisida
Merupakan metode pencegahan yang efektif pada malam hari untuk
menghindari gigitan nyamuk Anopheles saat tidur.
3. Penyemprotan ruangan dengan insektisida
residual
4. Obat antimalaria
Dapat digunakan untuk mencegah malaria. Umumnya digunakan bagi
wisatawan yang akan berkunjung pada daerah
endemis malaria, ibu hamil dan anak-anak di daerah trasmisi tinggi malaria.
5. Pemberantasan vektor secara terpadu
a. Keberadaan akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan diagnosa dan pengobatan dini dengan mudah
b. Melakukan kerjasama lintas sektoral untuk
menagwasi pola pergerakan dan migrasi penduduk.
c. Melakukan penyukuhan kesehatan masyarakat
secara menyeluruh dan intensif dengan sasaran penduduk yang mempunyai resiko
tinggi
d. Melakukan diagnosa dan pengobatan dini
terhadap penderita malaria akut maupun kronis
e. Memastikan pendonor darah bebas dari malaria (Najmah,
2016).
G.
Pengobatan penyakit malaria
Kasus yang telah dinyatakan positif malaria
berdasarkan hasil laboratorium harus mendapatkan pengobatan Artemisinin-Based
Combination Therapy (ACT). ACT merupakan obat program pengganti malaria yang
telah mengalami resitensi dan pengobatan yang paling efektif dibandingkan
dengan klorokuin, karena plasmodium terbukti telah resisten terhadap klorokuin.
Penderita malaria yang dinyatakan positif dan tanpa komplikasi juga harus
menjalani pengobatan dengan ACT dan ditambah dengan primakuin sesuai dengan
jenis Plasmodiumnya (PUSDATIN, 2016).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Penyakit
malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Ada empat Plasmodium
yang dapat menginfeksi manusia yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium
vivax, dan Plasmodium ovale.
2. Cara penularan malaria yaitu secara
alamiah dan bukan alamiah. Secara alamiah yaitu melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Sedangkan penularan
bukan alamiah meliputi malaria bawaaan, penularan secara mekanik, dan Penularan
secara oral
3. Gejala khas malaria adalah adanya siklus
menggigil, demam dan berkeringat yang terjadi berulang-ulang.
4. Diagnosis dari keempat jenis parasit
Plasmodium yaitu dilakukan dengan menemukan parasit dalam sediaan darah yang
dipulas dengam Giemsa.
5. Pencegahan malaria bisa dilakukan dengan cara
penerapan PHBS, kelambu berinsektisida, penyemprotan ruangan dengan insektisida
residual, obat antimalaria dan pemberantasan vektor terpadu. Serta dengan
melakuakn terapi ACT untuk pengobatan malaria.
Daftar Pustaka
Achamadi, Umar Fahmi. 2008. Manajemen penyakit
berbasis wilayah. Jakarta: Universitas Indonesia
Depkes
RI, 2006. Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal P2PL.
Harjinto, 2000. Malaria Dari Molekuler Ke
Klinis.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Najmah. 2016. EPIDEMIOLOGI Penyakit
Menular. Jakarta: Trans Info Media
Panggabean, Wilma. 2010. Karakteristik Penderita Malaria Di Kota
Dumai Tahun 2005-2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8-9.
Prabowo, A. 2004. Malaria Mencegah
dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara.
PUSDATIN. 2014. Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014. http://www.depkes.go.id [diakses tanggal 28 Februari 2019]
PUSDATIN. 2016. Pusat Data Dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016. http://www.pusdatin.kemkes.go.id [diakses tanggal 1 maret 2019]
Rajab, Wahyudin, 2009. Epidemiologi untuk Mahasiswa Kedidanan.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Rampengan, 2007. Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: Kedokteran EGC.
Sorontou, Yohanna, 2013. Ilmu Malaria Klinik. Jakarta: EGC.
0 Comments