O-genki desu ka, sahabat pongo? Mendengar nama ‘Iyadh bin Ghanim al-Fihri mungkin telinga kita asing jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh Islam yang mampu menaklukan berbagai penjuru dunia untuk menyebarkan Islam seperti, Khalid bin Walid, Musa bin Nushair, Shalahuddin al-Ayubi dan masih banyak lagi. Tokoh ini memang kurang banyak dibahas dan sedikit informasi yang terdapat di internet. Oleh karena itu, mimin akan membagikan sedikit kisah penaklukan ‘Iyadh bin Ghanim al-Fihri yang mungkin akan menginspirasi dan menambah wawasan sahabat pongo.
‘Iyadh bin Ghanim al-Fihri, Membawa Islam ke Tanah Armenia
‘Iyadh bin Ghanim al-Fihri adalah komandan perang yang tangguh. Kemampuannya teruji di pelbagai medan pertempuran. Pada pertempuran di Damaskus, ia memimpin pasukan kavaleri didampingi sahabat baiknya, Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Bersama Abu Ubaidah, ia bahu-membahu menaklukkan wilayah Aleppo di Suriah. Berkat kemampuannya bernegosiasi, ia berhasil menjalin perdamaian dengan penduduk Aleppo sehingga tak terjadi pertempuran terbuka.
Setelah berhasil di Aleppo, ‘Iyadh kembali lagi ke Irak bersama pasukannya untuk turut serta dalam Perang Qadisiyah di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia menjalin salah satu komandan pasukan berkuda ketika kaum muslim sudah berada di ambang pintu Madain, ibukota Persia. Selain terlibat dalam perang menaklukkan Madain, ia juga turut serta dalam Perang Jalula. Kemampuan perangnya yang mengagumkan selalu membuat lawan-lawannya takut. Penaklukan demi penaklukan pun berhasil ia menangkan dengan gemilang.
Pada suatu hari, Abu Ubaidah sedang menghadapi pasukan Romawi di Himsh, Suriah. Ketika melihat jumlah pasukan musuh yang amat besar, ia mengirim berita tentang situasi tersebut kepada Khalifah Umar bin Khattab. Setelah membaca surat dari Abu Ubaidah, Umar lalu mengirim surat kepada panglima pasukan Irak, Sa’ad bin Abi Waqqash. Dan, sebagai jalan keluar, ‘Iyadh menjadi pilihan utama. Artinya, apabila terjadi perang, semuanya diserahkan kepada ‘Iyadh.
‘Iyadh dan pasukannya akhirnya berangkat ke Al-Jazirah menuju daerah sasaran yang sudah diperintahkan. Setelah meraka sampai di daerah yang dituju, para penduduk setempat mengajak berdamai dengan mengirim utusan perdamaian kepada ‘Iyadh. Para penduduk bersedia membayar pajak sebagai bentuk perdamaian. Akhirnya, ‘Iyadh pun berhasil menaklukkan Al-Jazirah, sehingga tak sejengkal pun kawasan itu yang belum ditaklukkan pada masa Khalifah Umar. Sungguh prestasi yang mengagumkan. Hebatnya lagi, penaklukkan ‘Iyadh tidak sebatas wilayah Al-Jazira tetapi hingga ke Ad-Darb, sebuah jalan raya yang terletak di antara Tarsus (Turki).
Suatu saat, ‘Iyadh sampai di kota Khilath, Armenia yang terkenal subur. Selama perjalanan, ia banyak melakukan perdamaian hingga berhenti di daerah Al-’Ain al-Hamidhah yang merupakan bagian dari negeri Armenia (sekarang di utara Turki). Ia adalah orang pertama yang melintasi perbatasan Al-Jazirah menuju wilayah Romawi. Dengan itu pula, terbentanglah penaklukan Islam di Armenia. Semua itu karena kecermelangan ‘Iyadh bin Ghanim dalam memimpin pasukan.
0 Comments